Warna Warni Maroko
Winter 2019 saya dan teman SMA saya dengan gagah berani memutuskan tuk liburan 1 minggu di Maroko. Mengapa tetiba Maroko? AFRIKA men kapan lagi bisa ke sahara dengan biaya minimalis. Jadi di sini saya hendak membagi memori jalan-jalan paket hemat di Maroko yang sungguh fantastis dan menantang.
Rute & Transportasi
Ada berbagai opsi untuk masuk ke Maroko, tergantung rute yang kalian pilih. Sebagai mahasiswa, saya memilih rute berdasarkan ketersediaan tiket murah. Jadi saya memilih untuk masuk dari Marrakesh bergerak ke sahara, Fez, Chefcaouen dan keluar dari Tangier. Total biaya tiket Brussel-Marrakesh & Tangier-Brussel kala itu ialah sekitar 76 euro. Dari Marrakesh ke sahara kita ikut tur local include transport, hotel dan dinner seharga 70 euro (3D2N). Sedangkan dari Sahara ke fez kita naik taksi berjamaah bersama penduduk yang lain dengan ongkos sekitar 37 euro (durasi kurleb 6-7 jam). Dari Fez ke Chefchaouen kita pakai bus local dengan tarif sekitar 15 euro (durasi more less 3 jam). Terakhir ialah taxi dari Chefchaouen ke Tangier seharga 19 euro (durasi kurleb 3 jam).
Hal yang perlu di garis bawahi di Maroko ialah : ini bukan eropa lagi, jadi segala jenis transportasi banyak mbleset nya. Dan bagi yang perencanaan perjalanan nya super detail, pasti stress pas cari info dari kota A ke B naik apa? Bisa booking in advance gak? Dll. Semua info ini JARANG tersedia di internet. Kita sampai khatam tripadvisor tetep aja masih bingung. But yeah is a part of adventure right?
Perihal kelayakan para bus, train dan taxi di sana ya acceptable lah. Kalian akan amaze dengan banyak nya mobil-mobil tua plus sepeda motor bebek merah uelek jaman firaun di sini. Bahkan di perjalanan menuju Fez saya mendapati mobil dengan plat SOLO iyaa SOLO. Jadi kemungkinan besar mobil-mobil dan kendaraan tua yang kita kira udah di musnahkan dari dunia persilatan itu di kirim ke negara-negara afrika macem Maroko ini.
Rute bar-bar |
Marrakesh
Begitu mendarat di Marrakesh, hal pertama yang saya cari adalah sim card. Mengingat ketidak jelasan medan yang akan saya lalui, sim card merupakan hal fital. Selesai urusan internet, urusan pelik berikutnya ialah cara mencapai hotel pakai bus. Ternyata insting saya cukup bagus soal mencari lokasi mangkal si bus, dari arrival gate lurus aja jalan ke arah parkiran, di ujung parkiran itulah letak mangkalnya di bus. Dengan ongkos yang sangat murah kira-kira 2 euro saya bisa sampai tengah kota Marrakesh dengan aman dan agak deg deg an. Persoalan nya tengah kota Marrakesh ini penuh pasar. Lapangan super gede di bikin pasar malam, tapi pasar ini cukup ajaib karena GELAP pemirsa, beda dengan pasar malam Indonesia yang terang benderang, di sana mah hobby nya remang-remang. Gelap dan remang-remang mungkin gak masalah jikalau yang di jual di pasar malam ini cuma makanan, nah ini ada atraksi ular cobra segala di tengah pasar, ya kalo keinjek kan bahaya.
In short Marakesh ini menarik, kota tua berwarna merah teracota cantik sekali. Blusukan di pasar yang eksotis dengan jualan lentera khas Maroko, nyobain segala jajanan pasar, atau ngopi di kedai kopi lokal yang macem tempat mangkal para penjual di dalam pasar merupakan hal yang priceless. Oh ya hal yang saya suka di sini adalah suara adzan, iya warga eropa ini rindu akan suara adzan, sholat di masjid dan gak usah memilah dan gugling tiap kali mau jajan. Jadi selain pasar apalagi? Ada madrasa (gedung sekolah ) kuno, trus benteng-benteng cantek, plus masjid-masjid cantic besarta taman nya. Oh ya di masjid sini wudhu nya di taman gitu, dan turis gak boleh masuk, Cuma yang mau sholat aja yang boleh masuk. Yes akhirnya kita dapet privilege di sini. Catatan lagi kalo hari jumat toko di pasar banyak yang tutup, so pastikan agenda ke pasar mu jangan hari jumat
kota merah |
Per bumbuan di pasar |
Sahara Tour
Jadi highlight trip ke maroko ini adalah ke gurun sahara. Mengingat ribet nya kalo kudu arrange sendiri trip ke antah berantah sahara, sudah aja kita booked a trip, yang jualan paket ke sahara ini orang Indonesia loh. Jadi kita di jemput pagi buta di hostel kita di Marrakesh, trus di bawa naik mini bus berisi kira-kira 8-10 orang. Dan believe it or not saking kita selama 3 hari tuh ketemu nya lo lagi lo lagi, akhirnya kita satu grup tuh jadi ikrib banget, sampek tuker-tukeran IG.
Rute perjalanan panjang ini di awali dengan melintasi pegunungan Atlas yang bagus banget dan ber SALJU kirain afrika kagak ada salju yekan. Jalan melintasi pegunungan ini cukup dasyat untuk bikin saya ½ mabuk, jadi siapkan antimo. Oh ya tur ini sangat photo’s friendly, jadi beberapa kali kita berhenti sejenak dan di persilahkan untuk ambil foto gitu.
Pegunungan Atlas |
Lokasi pemberhentian berikutnya setelah pegunungan Atlas adalah sebuah kampung kuno yang di pakai lokasi syuting banyak film, salah satu nya Gladiator. Nama desa nya Ait ben Haddou, dulu nya sih katanya suku asli gurun tinggal di situ, tapi seiring berjalan nya waktu mereka pindah semua. Sekarang desa nya benar-benar di jadikan macem cagar budaya gitu. Kalau kalian anak IG, di desa ini ada lokasi ngopi yang hits banget (with a view). Tapi karena saya suka nya bengong sambal lihat-lihat aja saya gak mampir ke kedai kopi ini. Oh ya untuk bisa ke desa ini tuh kita kudu nyebrang sungai, yang mana gak ada jembatan nya, Cuma batu-batu gitu aja di susun, jadi jangan pakai sepatu cantik ya.
Ait ben Haddou |
Smile we are on instagram |
Malam pertama kita menginap di hotel kecil di antah berantah, makan malam di siapkan oleh yang punya penginapan. Hari berikutnya kita melanjutkan perjalanan ke gurun sahara. Di tengah perjalanan menuju gurun kita stop over di desa adat sama ke lembah yang cakep sekali.
Lembah Tighir |
Naik onta is a must !! |
Layak naik cetak |
Fez
Setelah heboh bermain pasir di gurun sahara ( literally badan kita kotor banget penuh pasir), pagi hari setelah sarapan kita di jemput taksi buat melanjutkan perjalanan ke Fez, di sini kita pisah rombongan dengan yang lain, karena si mini bus balik lagi ke Marrakesh. Perjalanan ke Fez nih seharian, jauh banget melewati gurun sampai masuk pegunungan, dan sekali lagi kita ter heran-heran dengan area bersalju yang macem di Swiss gitu. Ini salju nya serius sampai anak-anak pada bikin snow man. Singkat cerita kita sampai di hostel di Fez sudah cukup sore dan sudah gak ada energy buat bergerak saking capek nya. Tapi ingat sekali saya malam itu saya akhirnya mandi dengan proper dan merasa cling-cling setelah bergelut di gurun 3 hari.
Kenapa sih kita pengen ke Fez, kata nya sih kalau mau lihat Maroko pas jaman jaya-jaya nya bisa ke Fez, pusat kebudayaan Islam gitu lah dia. Bahkan madrasa tertua di dunia nih ada di sini Al Qarrawiyin madrasa (iya bukan si Al Azhar itu). Ketika Tanya ke teman yang sudah ke sana kita agak less expectation lah, karena kata nya kota ini ruwet isinya pasar doang. Tapi ternyata saya gak sependapat sama temen saya itu. Fez langsung jadi kota favorit buat saya. Pasar di Fez nih lebih “natural” di banding pasar di Marrakesh. Pada dasarnya saya emang suka blusukan di pasar sih, dan di dalam pasar-pasar yang ruwet inilah si madrasa-madrasa ini terletak. Kebayang kan lagi blusukan di pasar trus denger suara adzan, dan kamu tinggal ngikutin alur manusia aja untuk sampai ke madrasa/masjid pas waktu sholat. Soal pasar, akhirnya saya belanja loh di sini, serius pun belanja nya, yaitu belanja jaket kulit. Iya jadi Fez ini terkenal ama produk kulitnya, bahkan kita bisa ke tempat pewarnaan si kulit yang indah (tapi bau) di sini. Pokoknya saya sampai pada kesimpulan aku mau balik lagi ke Fez.
The famous Tennary |
sunset over the medina |
Al Qarrawiyin madrasa |
Meknes
Jadi dalam rangka wisata religi, selama di area Fez kita melakukan day trip ke Meknes naik kereta. Cuma butuh kurang dari 1 jam perjalanan untuk ke Meknes dari Fez. Meknes ini dulu nya ibu kota kerajaan, jadi kota nya penuh benteng, tertata rapi dan damai. Jadi kemana saja kita selama di Meknes? Ke pasar (teteup), makan cakue ala maroko yang sampai sekarang saya masih ingat rasanya, ke madrasa, jalan kaki tiada henti menyusuri benteng kota, sampai masuk ke penjara bawah tanah. Kita menghabiskan 1 hari penuh di Meknes, cukup singkat tapi cukup berkesan bagi saya. Oh ya di pasar yang sangat kacau di Meknes ini saya beli saffron buat ibu saya. Saffron di Maroko nih murah ketimbang di Indo (yang gosibnya mahal pake banget). Kenapa beli saffron nya di Meknes? Karena saya punya teori (yang belum ter uji) bahwa semakin amburadul si pasar semakin murah harga nya (less tourist).
Atraksi burung onta + cobra di Meknes |
Bou Inania Madrasa |
Chefchaouen
Kota biru, begitu mereka memberi julukan pada kota di atas bukit ini. Kota ini kecil, berwarna biru, setiap sudut dari kota ini menarik, damai dan tentram. Saya ke sana di kala winter yang biasa nya selalu hujan, tapi di hari ketika saya berkunjung langit cerah dan lovely sekali lah.Karena kota ini kecil, 1 hari di kota ini sudah lebih dari cukup. Bahkan banyak turis yang melakukan day trip dari Tangier. Akan tetapi dengan niatan ingin mensupport perekonomian lokal, kita memutuskan tuk menginap semalam di kota cantik ini. Kegiatan apa yang bisa di lakukan di sini? Muter muter kampung aja, makan, nongkrong di lapangan plus nontonin sunset di atas bukit (wajib hukum nya). Duduk dalam damai di atas bukit sembari ngeliatin sunset yang berpadu dengan suara adzan tuh tiada dua nya.
Sunset di atas bukit |
Typical gang di Chefcaouen |
Tangier
Akhirnya kota terakhir, kota nya pak Ibnu Batuta, Tangier. Tangier ini kota pelabuhan yang cukup sibuk. Tangier ini titik paling dekat ke Eropa, jarak antara afrika dan eropa hanya di pisahkan oleh selat Gilbaltar yang terkenal itu. bahkan ketika cuaca cerah kalian bisa lihat daratan eropa dari pantai Tangier.
Demi kesehatan boyok, di hari terakhir trip kita di Maroko kita menginap di proper hotel. Eh rezeki nomplok, kamar kita di upgrade ama yang punya hotel gegara kita se iman ( mungkin kita manusia asia jilbapan pertama bagi si owner). Aktifitas di Tangier yang utama sih jalan-jalan di pantai. Udah gitu saya kan anak pantai banget, bisa loh nongkrong seharian di pantai gak ngapa-ngapain. Jiwa pantai ku langsung lenyap ketika sampek Belgia yang pantai nya bagai indomie gak pakai micin hambar cyinnn.
Boulevard pinggir pantai |
Gang gang di Tangier |
Kuliner
Section terakhir dari Maroko’s post ini akan saya tutup dengan review tentang kuliner yang 100% halal di Maroko (anaknya happy jalan jalan gak bingung makan).
1. Tajine.
Tajine, ini macem stew yang di masak di wadah gerabah isinya bisa ayam, baso (kefta), atau beef. Si Tajine ini porsi nya gede banget plus sayur mayur lengkap.
Tajine Kefta |
2. Couscous (baca : kuskus)
Kuskus, ini semacam nasi yang tidak terbuat dari beras (good explanation put) yang
di siram ama kuah kuning plus sayur (biasa nya kol). Hasil gugling kuskus ini durum (semacam roti) yang di haluskan gaes.
terbaik tenan ini kus kus |
3. Dunia
per sate an, orang maroko nih hobi makan skewer dengan berbagai variasi jenis
dan rupa, jadi tinggal pilih aja.
4. Harira, sup murah meriah yang berisi macem-macem beans. Si sup ini biasanya di sajikan ama roti plus telor dan kurma (ini agak weird menurut saya karena si kurma itu manis, sedangkan sup nya asin)
5. Baklava dan segala turunan nya. Baklava itu bukan hanya Turki aja yang punya, nampaknya semua warga Arab doyan ama manisnya baklava yang agak over bagi lidah jawa timuran saya.segala jenis rupa dan warna baklava |
Finally closing. Summarizing jalan-jalan ke Maroko itu seru, halal dan murah sekali. Total 10 hari di Maroko saya cuma habis less than 400 euro all in. Dan sebagai muslim, datang ke negara muslim itu merupakan kebahagian tersendiri bagi saya. Suatu waktu, ketika numpang sholat di mushola di stasiun kreta Meknes segerombolan ibu-ibu nyium kita, walau kita tak tau bahasa mreka tapi dari gesture nya mereka bahagia sekali ada turis yang sholat di mushola kecil itu. Bagi saya memori yang sederhana macam itu membuat hati saya hangat sekali, dan siap bertarung di ganas nya Eropa kembali. So bagi yang masih galau pengen ke maroko tapi blum kesampean, semoga setelah pandemi ini berakhir kalian bisa ke sana (shopping iya, wisata religi iya).
Komentar
Posting Komentar