Ancient city of Mandalay

Hari ke tiga dari trip Myanmar kali ini diawali dengan kebut-kebutan naik e bike dari tempat nyunrise di Bagan buat ke hotel karena bakal lanjut perjalanan ke Mandalay. Sesampainya di hotel saya harus merelakan omelet panas yang menggiurkan karena sudah dijemput 'pick up' terbuka buat ke terminal bis Bagan. Ya kita cukup kaget dengan model jemputan yang 'sangat desa' sekali ini. Rute jemputan berikutnya adalah ke daerah Nyang U, tempat bermarkasnya para backpacker macem kita (ceritanya upgrade neh nginep di New Bagan) dan kita bersyukur banget nginep di New Bagan, Nyang U is so far from temple area,kebayang juga ngegenjot otopet dari Nyang U bisa tepos kita. Oh ya di dalam mobil bak terbuka ini kita nguping percakapan antara Mbah-mbah asal Italy dan mas-mas asal Kanada, tak terbayangkan bagaimana irinya kita pada acara berlibur mereka. Si mbah-mbah udah pensiun dan keliling dunia pake duit pensiun (jangan ngayal PNS bisa kyak gni), trus mas-mas Kanada baru lulus kuliah dan bulan depan bakal masuk ke kantor akuntan ternama (jangan ngayal juga blum kerja, lulus kuliah dah punya duit buat muterin separo bumi klo km dr golongan 'biasa ajah'). Dan kalo saya dari jurusan ilmu sosial mungkin tertarik sekali menelusuri knp warga bangsa lain gaya hidup dan keuangannya jauh lebih oke dari kita, fyi mbah-mbah itu guru loh, dan bukan dari kalangan jet set.
Selesai mendadak jadi pengamat sosial kita kembali ke realita, bis yang kita tumpangi buat ke Mandalay bagus dan bisa ngebut (krn blog lain bilang bis nya cuma joging doang). Yang jadi pertanyaan kita pas liat jadwal bis ialah jarak bagan-mandalay itu cuma 200 km compared to Yangon-Bagan yang 800 km kenapa waktu tempuhnya cuma beda 2 jam? ternyata bis ini muter plus masih nyari penumpang di jalan. Belum lagi penumpang-penumpang ini bawaannya ajaib-ajaib dari kayu tanaka ampe keripik tales sekarung gtu. Itu masih bisa kita tolerir ,yang heboh lagi kondekturnya anak gaul gtu trus lagi nge fans abis ama penyanyi kondang yg kita kasih nama 'BoBo', yang berimbas sepanjang perjalanan selama 6 jam kita diputerin video klip ny si bobo yang amit-amit minta dikomenin banget. Bagi yang penasaran macem mana itu si bobo, nge you tube ajah nama nya artis itu Ye Yint Aung.
Singkat kata kita sampai di Mandalay sedikit meleset dari jadwal kedatangan yaitu sekitar jam 14.30. Kembali lagi jadi artis dadakan di terminal supported by bpk-bpk taksi yang nawarin nganter (again). Dan kita memilih pak taksi berdasarkan kemampuan berbahasa Inggris, pilihan jatuh pada pak Lin Lin sopir yang good looking plus lumayan pinter bhs Inggris. Tarif dari terminal ke hotel di pusat kota Mandalay dipatok sekitar 6000 kyat, lumayan murah untuk waktu tempuh sekitar 20 menit. Selama 20 menit itu pulalah kita deal-deal an ama si doi perkara sewa taksi untuk besok ke 3 kota tua di sekitar Mandalay .
Kali ini kita memilih untuk menginap di hotel Smart yang terletak hanya selemparan batu dari pager istana, rate nya pun cukup manusiawi 40 USD/nite include breakfast. Out of now where ternyata si pak GM ny hotel ini ramah banget dan terobsesi ama org Indo, doi dlu ceritanya punya pacar org Indo yang bernama Ratna. Karena berstatus sebangsa ama mb Ratna, kita jadi diundang ke skybar buat ngopi2 cantik,lumayan kita di traktir teh (aslinya minta makan ngelunjak ya). Atas usul Terrence , si pak GM yang mbah-mbah ini kita nyewa mobil buat liat sunset di Mandalay hill sore itu. Sopir taksi yang bernama Sumo ini kurang atraktif kyak si Lin Lin yang bkin kita gak bisa mandek di kuil-kuil sekitar Mandalay Hill. Jadi apa saja yang bisa kita lihat di Mandalay Hill?ya kota Mandalay dari atas plus sungai Irrawadi yang membelah kota ini.
Mandalay Hill during sunset
After sunset
Malam itu kita menghabiskan waktu dengan makan di pasar rakyat,yang tak usah lah saya ceritakan kehebohan yang terjadi akibat salah makan. Akhirnya kita balik ke hotel dan selonjoran,tidur cepat hanya rencana bagi fakir wifi yang dapet sinyal kenceng, akhirnya tetep aja kita tidur tengah malam dan gagal bangun pagi.
Esok hari nya setelah subuh kita menuju area sekitar mandalay palace dengan jalan santai. Area joging track plus common area di sekitar istana ini di pagi buta sudah dipenuhi warga yang sibuk olahraga dan bersantai. Dan kalau saya hdup di situ sih bakal melakukan aktifitas serupa, tempatnya tenang,udara sejuk, bahkan saya menebak mereka saling kenal karena kotane sak cuplik doang.
Pagi di dekat istana
Salah satu sudut istana
Istana Mandalay ini emang bagus,dikelilingi oleh semacam sungai kecil yang memberi efek damai. Akan tetapi kita memutuskan tidak masuk ke istana, karena menurut teman saya miss Wah Wah, yang original di sini cuma gerbangnya (which is bisa dilihat dari luar) seluruh bangunan istana di dalam hanya replika,karena yang asli sudah hancur karena perang,dan lagi ongkos masuk istana 10 USD, ah untuk jebakan 10 USD yang kita hindari di istana ternyata harus kita bayar juga ketika di Inwa,sudahlah pasrah saya.
Puas jalan-jalan pagi di gate istana plus sarapan yang kalap di hotel membuat jadwal janjian kita ama sopir yang mau nganter kita berkeliling jadi telat sejam bok,,Indonesia sekali kita soal jam. Anyway dengan sedikit merayu si Lin Lin sang sopir kita minta buat dianterin ke kudatauw temple yang arahnya berseberangan ama arah pergi kita, dengan rada sebel plus ngebut kita dikasih waktu 15 menit saja untuk liat Kudatauw, but its okay we are a speed traveler yes?Tau gak dari mana dan knapa kita ngotot ke Kudatauw ini ,yang bahkan kita baru tau namanya pas sudah sampai?lewat foto pas lagi nangkring gak penting di mandalay hill,dan kita cuma bilang ke pak sopir 'tolong dong kita di anter ke temple putih-putih yang berjejer itu,di bawah mandalay hill' wanita skali ya impulsive.
Salah satu deretan stupa di Kudatouw
kira-kira lanscape totalnya macem ini lah
Acara berikutnya adalah ke Mahamuni Pagoda, oh ya si Lin Lin ini sampai bertanya pada saya kenapa muslim spt saya mau datang ke semua temple budha?saya dengan entang jawab, saya gak masalah datang ke gedung peribadatan apapun, yang jelas saya hanya melihat dan tidak terlibat.Bagi mereka yang masih awam dengan toleransi umat beragama,jawaban saya terdengar aneh,tapi ya sudahlah mungkin saya juga tidak sedalam itu belajar toleransi dan agama, saya hanya berusaha sopan dan baik pada semua orang.
Jadi apa yang saya lihat di Mahamuni?banyak umat yang beribadah, dan Mahamuni ini berisi patung Budha apa gitu namanya yang seluruhnya terbuat dari emas seberat 900 kg,dibuatnya sejak jaman abad 13 an gtu,hebatttt, dan menurut cerita cuma raja Amarapura yang sukses ngangkat si patung dalam skali angkat, 900 kg bok amazing. Oh ya cuma lelaki saja yang boleh ke area patung dan berdoa,sedangkan ibu-ibunya nunggu di pelataran sambil nitip doa,nah klo yang single piye??mbatin.
Para wanita yang nunggu di luar
foto patungnya dari luar
The pagoda building
Selesai melihat-lihat singkat si patung, kita langsung diantar ke Mahagandhayon Monastery untuk melihat prosesi giving alm yang katanya diikuti oleh ratusan monk. Ketika pertama masuk ke pelataran monastery saya di sambut dengan pemandangan monk-monk kecil yang melongok dari jendela kamar dormitory mereka, saya suka wajah polos itu ceria sekali. Acara giving alm ini sesungguhnya adalah acara makan bersama di monastery, kalau mau lihat yang real silahkan datang ke Luang Prabang (suer saya bakal ke sana). Satu yang saya rasa bisa kita conto buat diterapkan di ponpes modern di Indonesia, mereka ramah sekali kepada pengunjung, menurut hemat saya inilah salah satu cara mereka mempromosikan ajaran agama mreka yang berbasis kasih sayang terhadap sesama. See?sya terlalu bermimpi ya kalau suatu hari pengen islam itu di kenal atau di cap seperti ini, bahkan ketika acara selesai dan saya masih longak longok di sekitaran ponpes salah satu monk ngajak ngobrol saya,dengan tanpa tendensi ngajak pindah agama ya,cuma basa basi yang saya rasa dia mau practice their English skill and it works,guru besar mereka sampe nyamperin kita dan ngasih kita pisang, sederhana sekali tapi saya salut dengan cara packaging mereka.
Silahkan dibaca dan disimpulkan
Giving Alm ceremony
Lepas dari Monastery kita melaju ke Inwa yang masih satu area. Inwa ini terletak di delta sungai Irrawadi, cara menuju ke sana adalah naik perahu selama 15 menit. Sesampai di Inwa kita langsung naik horse cart seharga 8USD buat keliling Inwa. Menurut cerita, Inwa ini merupakan pusat kerajaan  pada abad 14-19, no wonder there are so many beautifull building arround this area. Tempat yang pertama kita kunjungi adalah Bagaya Monastery. Pas mau masuk padepokan inilah kita akhirnya merelakan kudu bayar entry sebesar 10 USD yang asliny sudah kita hindari pas di istana. Bagaya monastery ini adalah padepokan dengan struktur kayu yang sudah sangat usang akan tetapi tetap cantik dan kokoh. Di dalam padepokan masih ada biksu kecil yang belajar dengan tekun ditemani gurunya, damai rasanya melihat tingkah polah para biksu cilik itu.
with the monastery
little girl with her tanaka
Puas jalan-jalan di Bagaya monastery kita diantar ke tujuan berikutnya yaitu Brick monastery dan clock tower. Keduanya terletak ditengah hutan yang jalan aksesnya bisa bkin sakit pinggang tapi cantiknya bener-bener luar biasa.
Clock tower in the middle of now where
with the brick monastery
Perjalanan muterin Inwa ini berlangsung kurang lebih satu jam. Setelah selesai jalan-jalan kita naik perahu ke seberang sungai dan di antar makan oleh pak sopir sebelum melanjutkan perjalanan ke Sagaing. Puas makan masakan padang ala myanmar kita meluncur ke Sagaing region. Jadi Sagaing ini letaknya di seberang sungai Irrawadi, ada jembatan besar yang menghubungkan Sagaing dan Amarapura. Lalu apa saja yang dilihat di Sagaing?Sagaing ini merupakan sebuah bukit yang penuh temple. Sepanjang mata memandang isinya temple dan temple. Kita mengunjungi beberapa kuil di atas bukit, sambil menikmati panorama view yang cantik sekali.
covernya lonely planet
Panorama view dari sagaing hill
Sekitar jam 4 sore kita sudah menuntaskan acara jalan-jalan di Sagaing dan kemudian diantar kembali ke amarapura, tepatnya ke U-Bein Bridge untuk melihat sunset. U bein ini adalah jembatan kayu yang panjang sekali membentang di sebuah danau di pinggir sungai Irrawadi. Sebenarnya ada banyak perahu kecil yang sipp bgt buat nangkep sunset di sini, tapi kata pak sopir, karena kita datang pada saat peak season, harga perahu itu bisa sangat mahal, pupus sudah harapan kita. Jadi sore itu kita cuma jalan-jalan di sepanjang jembatan, dan karena salah tempat buat ngetem, kita kehilangan momen sunset yang merah membara itu.
After glow
I love this photograph
Sukses ketinggalan sunset kita cukup puas memoto langit merah sore itu. Tepat pukul 6 sore kita diantar oleh pak sopir ke terminal bus di mandalay. Bus kita baru akan berangkat jam 9 malam, jadi kita bener-bener mengalami 'dead style' di terminal yang kagak ada lucu-lucunya. Bis yang kita tumpangi adalah JJ express bussiness class dengan seat 2-2 seharga 11000Kyat. Untungnya bis kita datang tepat waktu, sekitar jam 6 pagi kita sudah sampai di yangoon dan langsung ngacir ke bandara untuk mengejar pesawat jam 8 pagi. Waktu tempuh dari terminal bus ke bandara hanya 30 menit, kita membayar ongkos taksi skitar 5000Kyat. Yang harus diingat ketika di bandara adalah jangan lupa untuk ke counter check in untuk verifikasi dokumen,jangan seperti kita karena sudah merasa check in web kita langsung ke imigrasi dan di usir..hahahaha. Anyway liburan ke myanmar ini benar-benar menyenangkan, walau dengan waktu singkat dan tidak membawa bodyguard alhamdulilah kita aman dan nyaman selama di jalan. See u again myanmar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip ke Seoul, Kiblat nya Para K-Pop Lover

An amazing Eastern Europe Trip

Obsesi Game of Throne di Andalusia