Enjoying Jogjakarta in a different way

Jogjakarta, kota wisata budaya paling famous di Indonesia. Sudah tak bisa dihitung lagi berapa kali saya berkunjung ke kota ini. Kota pelajar yang punya ritme pelan. Waktu berjalan lambat kalau kalian berada di Jogja. Kali ini saya ke Jogja dalam rangka farewell tour, saya pindah kerja dan harus meninggalkan Jakarta. Tour saya ini singgah di dua kota yaitu Bandung dan Jogja sebelum mencapai tujuan akhir Malang. Seluruh rangkaian perjalan ini saya tempuh dengan menggunakan kereta api, dan selama singgah di kedua kota itu saya mencoba untuk konsisten nginep di hostel. Cerita nya mau studi banding kualitas hostel di Indonesia ama hostel di luar negeri.
Saya singgah di Jogja selama 3 hari. Kali ini saya janjian ama Purna teman kos jaman kuliah dulu. Purna lagi ada seminar di jogja sampai hari jumat, dan memutuskan untuk bergabung ama saya sampai hari minggu siang sebelum dia kembali ke Denpasar.
Hari pertama di Jogja kita habiskan dengan muter-muter sekeliling kota, menikmati suasana damai yang di tawarkan Jogja sekaligus menyiapkan energi untuk esok hari. Dengan di temani mas Tudipa, temennya Purna yang masih kuliah di Jogja kita dapet sewaan motor dengan harga yang lumayan bagus. Rencana nya esok pagi nya kita mau ke arah Wonosari Gunung Kidul untuk tour pantai dan caving. Jarak Jogja-Wonosari ini lumayan jauh, sekitar 2 jam perjalanan dengan jalur yang naik-naik ke atas bukit,dan kita menempuhnya pakai motor. Dengan sedikit nyasar dan was-was terjerumus masuk kampung lebih dalam akhirnya kita sampai di pantai pertama dari rangkaian pantai yang mau kita tuju, nama nya Pantai Baron.
Pantai Baron yang berpasir hitam
Pantai Baron ini cukup ramai ama nelayan, yang menarik dari pantai ini ialah pasir pantainya hitam bukan putih seperti pantai pada umumnya. Ombak di pantai ini cukup besar, typical pantai di pesisir selatan jawa yang tidak bisa di pakai untuk berenang. Kita tidak begitu lama berdiam di pantai baron, kita segera cabut dan keliling pantai berikutnya. There is no rule about where we will go, we will stop by if we want to stop. Karena begitu banyaknya pantai di area ini kita sesuka hati aja berhentinya,kalo menarik ya berhenti. Seperti ketika kita berhenti di salah satu pantai ini, kita bahkan tak tau namanya, hanya tertarik pada garis pantai yang panjang, dan air laut yang biru.
Pantai cantik
Setelah puas menikmati pantai panjang ini kita lanjut karena takut kesiangan sampai di tempat caving. Pantai ketiga yang kita kunjungi adalah pantai Drini. Pantai ini cantik berpasir putih dan ada bagian menjorok dari pantai ini yang bisa di pakai untuk berenang. Kita cukup lama di pantai ini, istirahan sekalian mengamati orang-orang yang asyik main air. Kita tidak berminat untuk berenang mengingat perjalanan kita masih panjang dan kita naik motor.
Drini Beach
jatuh cinta ama pasirnya
Lepas dari Drini kita terus bergerak ke timur, menyusuri jalanan pesisir selatan wonosari. Pilihan kita berikutnya jatuh pada pantai krakal. Pantai ini sepi sekali,ombaknya besar sehingga kita cuma bisa memandanginya dari bangku-bangku kayu di pinggir pantai.
garis pantai yang cantik pantai krakal
Hari itu kita bener-bener jadi anak pantai deh, banyak ketawa,banyak diam memandangi damainya pantai dengan iringan suara ombak. Pantai berikutnya yang kita tuju adalah pantai Indrayani, dulu pantai ini bagus layaknya Kuta Bali yang berpasir putih dan memiliki garis pantai yang cukup panjang. Tapi saat saya ke sana pantai nya kelewat ramai sangat touristy dan gak nyaman buat leyeh-leyeh, sekitarnya pun kotor karena pada buang sampah sembarangan. But, hey we found secret place there, di balik karang-karang Indrayani kita akhirnya bisa menikmati pantai ini dengan sudut pandang yang berbeda.
dari balik tebing karang

Pantai Indrayani yang crowded ama turis lokal
Kita sampai di pantai Indrayani ini udah cukup siang sekitar jam 11 siang, jadi kita gak mau lama- lama dan segera meluncur ke pantai terakhir tujuan kita yaitu Pantai Siung. Pantai Siung ini letaknya jauh ke timur,lokasinya sepi dan damai. Selain kita hanya ada 1 rombongan keluarga yang asyik main di pantai ini. Awalnya kita mau cepet-cepet di sini, tapi karena terbius ama indahnya pantai malah lama banget kita di sini.
Pantai Siung
with my bestie Purna
perjuangan manjat tebing cuy
Perpisahan kita ama pantai siung ini cukup tragis, yaitu sandal pink kecintaan saya terseret ombak dan tersisa cuma satu, jadilah di sisa acara saya make sendal jepit swalow. Perjalanan berikutnya ialah ke Goa Pindul masih di Wonosari tetapi di sisi utara nya, jadi kalau pantai di sisi selatan, Goa ini di sisi utara. Karena gak bawa peta dan hilang arah perkara Goa Pindul, kita cukup lama menemukan situs caving paling tenar di Gunung Kidul ini. Kita sampai di Goa Pindul sekitar jam 3 sore dan dengan sedikit 'ngeyel' kita dapat harga murah untuk paket caving+body rafting seharga 45K per person. Caving di Goa Pindul sendiri tidak makan waktu cukup lama karena Goa nya pendek, yang asyik adalah kita cavingnya pake ban menyusuri sungai yang mengalir di dalam goa. Gak usah jauh-jauh ke Vang Vieng Laos untuk tubing di goa dan sungai.
mejeng sebelum caving
Selama caving saya tidak mendapat foto yang memuaskan, karena hp nya kudu di taruh di plastik yang artinya fotonya burem plus gelap,jadi foto yang di hasilkan tidak maksimal. Setelah selesai caving kita di antar ke lokasi body rafting dengan pick up. Sungai yang dipakai untuk rafting ini tidak memiliki arus sederas sungai Citarik, tapi dia menawarkan pemandangan sisi sungai yang indah.
Just enjoy the show
stop by buat main air di waterfall
Kita puas banget lah selama ikut tour Goa Pindul ini, cuma kurang siap di kamera aja jadinya foto yang di hasilkan kurang maksimal. Selesai rafting kita di antar balik ke kantor tournya untuk mandi dan berbenah. Sekitar jam setengah 6 sore kita balik ke Jogja dengan naik motor. Di tengah jalan kita harus benar-benar berhenti karena hujan deras mendera perbukitan di Gunung Kidul. Kita sampai hostel di Prawiro taman sudah cukup malam, sekitar setengah 8 malam. Bingung mau malam mingguan di mana akhirnya kita di antar oleh mas Tudipa untuk nongkrong di cafe anak muda di sekitar stasiun Tugu sekalian membicarakan acara bsok pagi yaitu liat sunrise di Borobudur. Akhirnya di sepakati kita janjian jam 4 pagi di parkiran bus dekat stasiun Tugu untuk kemudian melaju ke Borobudur di Magelang.
Pagi-pagi kita sudah keluar dari hostel untuk ke Borobudur. Di tengah dingin nya subuh kita menempuh perjalanan ke Borobudur selama 1 jam dengan mengendarai motor. Sesampainya di sana kita menyewa bapak ojek untuk mengantar kita ke punthuk setumbu, lokasi untuk melihat sunrise di Borobudur. Sebenarnya bisa dengan masuk ke Manohara hotel tetapi pihak hotel mematok harga cukup tinggi yaitu 250K sekali masuk, sedangkan puthuk setumbu hanya mematok tiket masuk seharga 15K saja. Kita sudah agak telat ketika sampai di puncak bukit puthuk setumbu, sunrise sudah muncul dengan langit semburat merah.
Sunrise dari punthuk setumbu
Best part dari sunrise ini sebenarnya adalah melihat kabut-kabut yang menyapu daratan di bawah bukit dan candi borobudur dari angle yang berbeda, sayang kita tidak punya kamera DSLR yang mampu merekam keindahan tersebut
Kabut yang menyapu hutan
Setelah berburu sunset kita turun ke candi Borobudur dan menikmati candi yang lagi ramai oleh turis lokal plus anak sekolah. Terakhir ke Borobudur ketika saya SD jadi semacam nostalgia lah kita di sini.
stupa candi Borobudur
Borobudur di serbu turis
Setelah puas poto-poto kita segera kembali ke Jogja karena Purna harus terbang jam 3 sore ke Denpasar. Setelah check out Purna langsung ke bandara dan saya numpang istirahat di balai diklat PU untuk kemudian naik kereta jam 10 malam. Sekitar jam 5 sore saya udah meluncur ke UNY untuk balikin motor sewaan dan jalan-jalan ditemani mas Tudipa. Kita menikmati sore itu dengan makan di angkringan tugu, setelah itu saya jalan-jalan sendiri di Malioboro. Puas jalan-jalan sekitar jam 8 malam saya balik ke balai diklat PU untuk ambil barang. Jam 10 malam saya naik kereta ke Malang. Yess goodbye is just a next step to say hello.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip ke Seoul, Kiblat nya Para K-Pop Lover

An amazing Eastern Europe Trip

Obsesi Game of Throne di Andalusia