Visiting Ayuthaya Historical Park in a shoe string

Ayuthaya dan Bangkok merupakan destinasi favorit bagi orang Indonesia. Untuk menuju ke pusat kota Ayuthaya kita harus nyebrang sungai dulu, karena kota  ini basicly adalah delta sungai. Keuntungan geografis ayuthaya yang dikelilingi sungai buat orang yang hobi nyasar macam saya adalah, kalau sudah ketemu sungai berarti kita sudah diluar area kota. 
Kalau kamu masuk ke Ayuthaya pakai kereta api seperti saya, kamu harus jalan kaki sampai ke peer nya perahu lokal yang berjarak kira-kira 100 m dari depan stasiun kereta. Selanjutnya kamu bisa naik kapal angkutan ke seberang dengan ongkos yang cukup murah kira-kira 5 THB (lupa persisnya). Opsi lain jika males jalan jauh karena waktu yang singkat, kamu bisa nyewa motor dengan tarif 150 THB seharian,atau sepeda dengan tarif 50 THB. Opsi lain kalau kamu malas jalan dan gak bisa mengendarai 2 kendaraan tersebut diatas kamu bisa nyewa tuk-tuk untuk muter-muter Ayuthaya,sayangnya saya gak sempet tanya berapa tarif per jam nya. Saya memilih untuk jalan kaki, karena penasaran aja plus punya waktu yang cukup longgar sembari nunggu teman saya. Btw jalan kaki dari peer perahu ke pusat tourism di Ayuthaya lumayan jauh loh, out off my expectation,jadi saya gak recomen, tapi kalau mau amazing race kayak saya sih monggo. Karena capek jalan kaki, saya nelpon temen yang masih otw ke Ayuthaya by train dari Bangkok buat nyewa motor di dekat stasiun dan menjemput saya di Wat Mahatat.
Peta Ayuthaya di Stasiun Kereta
Aktivitas utama yang bisa dilakukan di Ayuthaya adalah wisata sejarah. Kota Ayuthaya sendiri merupakan warisan sejarah dunia yang dilindungi UNESCO, seluruh area candi (Wat) masuk dalam kawasan historical park, bagusnya situs sejarah di lindungi UNESCO adalah venue nya terawat, minusnya kita harus bayar entrance fee yang lumayan mahal untuk masuk ke candi-candi ini. Entrance fee yang di patok untuk masuk ke tiap candi adalah 50 THB sekitar 20 ribu rupiah. Jadi untuk memaksimalkan dan menghemat ongkos masuk candi, kamu mending browsing dulu candi mana yang mau di masukin, karena di sana ada banyak banget kompleks candi. Yang recomen buat saya sih Wat Mahathat, Viharn Phra Mongkol Bophit, Wat Yai Chai Mongkol , Wat Lokayushutaram, Wat Chai Wattanaram. Dari keempat wat yang saya sebut di atas yang saya lewatkan padahal sangat pengen saya lihat adalah Wat Yai Chai Mongkol, karena tidak sukses mencari dan kurang browsing. Selain melihat candi- candi, aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah naik gajah keliling komplek candi, tapi tidak saya lakukan karena kasihan lihat gajahnya semi di siksa gitu buat di naikin. Ok sekarang saya kasih gambaran rute yang cukup rasional untuk dilakukan di Ayuthaya historical park dan apa yang bisa dilihat di sini. Khusus untuk Wat Yai Chai saya cuma bisa kasih foto (hasil browsing) tapi tidak bisa kasih petunjuk (silahkan googling).
1. Wat Mahathat
     Wat Mahathat ini cocok dijadikan destinasi pertama karena letaknya di ujung depan komplek historical park ini. Ongkos masuk nya 50 THB, komplek candi ini cukup besar, bentuknya macam candi prambanan, kalau lonely planet bilang Angkor style, dengan stupa-stupa tinggi yang terbuat dari teracota (semacam batu bata) yang berwarna coklat. Highlight dari kawasan ini adalah lihat kepala budha yang terlilit di akar pohon. Saya ke candi ini ketika hari masih pagi, yang artinya belum banyak turis yang masuk and it was amazing, puas banget photo-photo candi coklat ini.

komplek Wat Mahathat
Kepala Budha di dalam pohon
2. Viharn Phra Mongkol Bophit
     Vihara ini merupakan bangunan vihara paling besar di Ayuthaya. Letak vihara ini berada di belakang Wat Mahathat kira-kira 500 m, bisa di tempuh dengan jalan kaki atau naik motor. Bentuk vihara ini persis seperti kuil/kuil yang saya kunjungi di Chiang Mai. Di dalam vihara terdapat banyak photo sejarah Ayuthaya dan Patung Budha yang sangat besar. Tidak ada entrance fee untuk masuk ke vihara ini, tapi pastikan kamu memakai pakaian yang sopan, menutup lengan dan kaki.
Vihara tampak depan
Patung Budha di dalam vihara
3. Melihat Gajah dari dekat
    Di sebelah kiri Vihara terdapat camp pelatihan gajah, yang juga merupakan shelter/terminal bagi yang mau naik gajah keliling historical park. Saat itu saya cuma duduk di bangku penonton bersama puluhan murid TK yang lagi nonton gajah kecil ber pose. Setelah anak-anak TK tadi pergi, hanya tinggal saya ,evi (teman saya) dan bule sekeluarga. Pawang nya sudah maksa-maksa kita buat pose ama si kecil, tapi saya takut keseruduk (walo kecil doi gendut gitu), akhirnya cuma berakhir nontonin anak bule kasih makan gajah kecil. Di arena ini kalau kamu cuma jadi penonton kayak saya gratis, kalau kamu mau memberi makan dan foto bersama gajah baru dikenakan biaya. Lumayan menghibur acara duduk-duduk sambil melepas lelah di camp gajah ini.
Feeding baby Elephant
The cute baby Elephant
Riding Elephant around the town
4. Wat Phra Si Sanphet
     Candi  yang satu ini terletak masih satu komplek sama vihara. Saya dan evi memutuskan untuk tidak masuk, karena sebelumnya kita sudah bulak-balik masuk komplek candi yang bentuknya serupa tapi tak sama.Kenapa saya recomend candi ini? karena ternyata setelah kita muter-muter ke arah sebaliknya gegara nyasar, kita baru sadar si candi ini cantik, dan style nya tidak sama ama candi-candi sebelumnya. Bentuk candi ini adalah kumpulan stupa-stupa putih nan cantik, walaupun di sana sini terlihat banyak yang rusak, tapi overall masih worth it buat di photo dan dilihat.
Wat Phra Si Sanpet di intip dari luar pager

Stupa dan ranting frangipani

5. Wat Lokayushutaram
    Sebenarnya wat yang satu ini nggak ada candi nya. Isi dari wat Lokayushutaram ini adalah patung budha tidur (reclining budha) macem yang ada di Wat Pho Bangkok tapi terbuat dari batu biasa, dan dari penampakannya si patung udah cukup udzur, karena sudah terkelupas di sana-sini. Fyi untuk nyari patung ini kita sampai nyasar kemana mana. Untuk patokan biar tidak ada yang nyasar lagi setelah baca blog ini adalah, letak reclining Budha ini berada di belakang komplek vihara, kalian harus nyebrang parit dan menemukan jalan kecil (yang tdk ada plangnya) untuk menuju ke sini. Tapi alasan kedua kenapa kita nyasar sih lebih kepada kita berdua adalah 'map eater' sejelas apapun itu peta tetep gak bisa paham arahnya. Tapi sekarang saya lebih bisa menerima kekurangan saya soal hobi nyasar ini, bahwa nyasar itu gak perlu takut, bahwa sebenarnya nyasar adalah sarana untuk menemukan tempat yang belum pernah/ tidak kita rencanakan untuk didatangi yang ternyata indah dan menarik. Jadi tagline untuk menyemangati diri biar gak takut nyasar adalah ' Lets Get Lost'.
Reclining Budha
6. Wat Chai Wattanaram
     Wat yang satu ini kita kunjungi karena kepincut photo postcard yang kita lihat di Ayuthaya. See betapa impulsive dan tak terencananya kita tentang tujuan. Wat Chai Wattanaram ini letaknya di luar delta sungai Ayuthaya, artinya kalian kudu nyebrang dulu ke luar pulau kecil itu. Kali ini kita sedikit banyak nyasar karena di bantu pak polisi yang giat bekerja. Beda nya polisi di Thailand dan di Indo adalah, kalo di Thailand ada turis yang keliatan hilang arah pak polisi bakal nyamperin dan di kasih arahan yang benar (plus ijin lawan arus dikit), di Indonesia jangan kan turis asing, warga lokal kelihatan 'lolak-lolok' bingung malah di biarin, kalo bisa ditungguin sampe doi ngelanggar rambu trus di tilang. Maksud saya mbok ya yang hobi dinas/ studi banding itu lihat hal-hal kecil kayak gini (yang gak bakalan dapet kalo situ pake tour nyaman yang di anter bis). Jadi candi yang kita kunjungi ini serupa tapi tak sama ama Wat Mahatthat, angkor style gitu tapi struktur kompleknya masih bagus. Ketika kita berkunjung, ada selusin mahasiswa arsitektur yang lagi nongkrong di sini sambil nggambar sketsa. Ini nggambar pake tangan loh ya, bukan moto trus di oprek biar 'keliatan kayak gambar tangan'.
Komplek candi Wat Chai Wattanaram
Seriously saya nge fans ama warna coklatnya
7. Wat Yai Chai Mongkol
     Wat yang satu ini belum sukses saya temukan, gegara gak tau sebenarnya nama candi nya apa, cuma tahu isi nya adalah reclining budha dan jajaran budha kecil-kecil yang lagi duduk. Itulah akibat dari kurang belajar sebelum pergi mbolang, biar tidak ada lagi makhluk-makhluk yang tersesat macam saya lagi, ini saya kasih tourism map yang mencantumkan letak Wat Chai Mongkol plus photo isi nya kuil. Khusus untuk photo ini saya download dari internet (bukan jepretan sendiri) demi biar kalian tau seperti apa penampakannya si candi ini.
Nomer 31 pemirsa silahkan dipelajari petanya
patung budha duduk
reclining budha yang berbaju
Setelah puas jalan-jalan di delta Ayuthaya, saya dan evi bermaksud untuk kembali ke stasiun untuk balikin motor plus makan, sebelum melanjutkan perjalanan ke Bangkok dengan kereta. Akan tetapi niat lurus nan mulia kita buyar gara-gara peta abal-abal nan menyesatkan, kita kesasar sampe ke perkampungan penduduk yang notabene gak bisa ngomong Inggris apalagi Bahasa Indonesia. Setelah hampir sejam nyasar, akhirnya dengan rajin membaca papan pintar dua aksara kita sampai dengan kusut di stasiun. Akhirnya kita mengakhiri amazing race seharian di Ayuthaya dengan makan tom yam langsung di negara nya, lumayan enak untuk ukuran makan di warteg. Dan sambil nunggu kereta si evi masih sempet jajan cemilan sayap ayam bakar plus rujak bebeg (ayam itu cemilan loh). Kereta ekonomi yang kita naiki ke Bangkok bertarif sangat murah pemirsa cuma 20 THB ajah, yang kata evi murahan kreta antar kota ketimbang BTS (Bangkok Sky Train). Fyi evi di hari sebelumnya sudah sukses nyasar keliling Bangkok yang lagi demo pake BTS , kata dia ' tekor ak kluar masuk kreta iki'. Perjalanan Ayuthaya- Bangkok ini ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam, kereta nya cukup nyaman walaupun kelasnya ekonomi dan tidak ada AC. Selesailah tur sejarah kita di Ayuthaya hari itu, cukup gempor dan melelahkan, tapi seneng. For evi, vi jangan kapok nyasar bareng ya.
(To be Continued)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip ke Seoul, Kiblat nya Para K-Pop Lover

An amazing Eastern Europe Trip

Obsesi Game of Throne di Andalusia