Enjoying Bangkok during Shutdown

Kenapa saya pilih judul itu? Cerita nya saya mau sharing plus membandingkan keadaan demo di Thailand dan di Indonesia yang notabene sama-sama Asia nya. Suer pas mau ke Bangkok dan para demonstran memutuskan untuk melumpuhkan ibu kota dengan indahnya bikin saya ciut. Saya membayangkan macam demo tahun 98 yang lagi melanda Jakarta gara-gara gonjang ganjing politik, yang menurut saya (yang waktu itu msh SMP) serem abis. Jadilah sebelum berangkat saya heboh tanya kanan kiri terutama ke pelancong yang lagi di Bangkok gimana sih situasi sesungguhnya. Pertanyaan dari semua pelancong adalah sama, is it safe to travel around Bangkok during shutdown?.Untung ada mb Dina @duaransel yang dengan baik hati mengarahkankan plus mengumpulkan kita-kita yang akan ke Bangkok pada saat shutdown. Dari hasil ngobrol dan liat poto kiriman mereka, kesimpulannya adalah tidak ada jaminan keamanan, asalkan kalian tidak ikut demo dan terjun ke jalan semua aman. Ketika saya nulis blog ini ternyata situasi Bangkok lebih gawat lagi ketimbang bulan Januari ketika saya berkunjung. Saat ini Bangkok lagi menerapkan martial law ato hukum darurat militer. Jam malam diberlakukan, tentara berkeliaran di seluruh penjuru kota dan saluran tv plus internet dimatikan. Ya ampun begitu menakutkannya situasi darurat militer yang tegas dan mencekam ini. Sebagai turis saya cuma berdoa semoga Bangkok segera pulih sehingga saya bisa dengan leluasa ke sana lagi hahahahaha.
Back to the story, selepas dari Ayuthaya saya dan Evi lanjut ke Bangkok, rencananya kita bakal di Bangkok selama kurang lebih 2 hari 1 malam. Evi yang sudah sempet muter-muter di Bangkok hari sebelumnya pun 'nyrocos' tentang demo yang lagi heboh di siarin di TV. Evi bilang ' wes ta beda demo nya ama di tempat kita, dia mah demo nya kayak lagi ndengerin ceramah agama, plus di kasih hiburan live music, aman' , mendengar kata terakhir yang dilontarkan evi saya udah seneng banget, gak peduli kayak apa type demo nya asal aman saya tenang. Sore itu kita nyampe di stasiun Bang Sue Bangkok sekitar jam 5 sore. Kita bermaksud untuk melanjutkan perjalanan ke hostel si Sutisan pake taksi karena sudah kelewat capek. Tetapi nasib berkata lain, taksi di sini sangat beradab pemirsa, mereka nggak mau nganter ke lokasi yang dia sendiri gak tahu letaknya di mana, padahal itu deket loh kalo di peta, beda banget ama sopir taksi kita yang bermental pemberani,angkut dlu urusan nyasar ntar. Karena gak ada taksi yang mau ngangkut kita, jadilah kita naik MRT ke Sutisan. Sampe Sutisan masih tolah-toleh bingung (si evi blum apal jalan pulang ke hostel pemirsa) akhirnya kita naik ojek buat sampe hostel setelah sebelumnya 'njajan gorengan lucu2 di emperan jalan suthisan'. 
Kita nginep di Siamze hostel Suthisan, berjarak kira-kira 10 menit jalan kaki dari stasiun MRT Suthisan. Hostelnya masih baru, jadi bersih nyaman dan aman, sekelas hotel bintang 4 tapi di buat hostel. Tarif semalam di hostel ini sekitar 150 ribu rupiah/ malam, sangat value for money dengan fasilitas yang ditawarkan dan pantas dapat review 94% dari hostelworld hahahaha. Kelemahan hostel ini hanyalah doi jauh dari pusat kota, tapi selama dekat dengan stasiun MRT sih hal itu masih bisa saya maafkan, dan lagi semua org melarang saya untuk pesan hotel di area shukumvit,silom ato Siam yang jadi pusat demo. Adapun khaosan road saya kurang berminat stay di sana mengingat akses yang msh terbatas (tdk ada MRT) dan susah untuk ke bandara dari Khaosan jika sedang ada demo besar di kota. Panjang ya pertimbangannya, yup karena saya takut banget terjebak di demo ato rally yang gosibnya berbahaya.
Jadi setelah puas mandi sholat dan ngobrol ama teman se dorm, kita bermaksud ke Chatucak market buat belanja. Unfortunately, karena situasi Bangkok yang kurang kondusif di malam hari, Chatucak tutup, dia hanya buka di weekend pagi yang artinya kita gak bakal sempet ke sini, dengan jadwal kita yang sudah padat merayap. Mengurangi kekecewaan , akhirnya kita naik MRT ke Asiatique yang kabarnya tetap buka during shutdown. Hal yang masih saya ingat ialah di stasiun MRT Chatucak ada 2 orang turis China yang kesulitan berbahasa Inggris ngasih tiket terusan MRT nya ke kita berdua, karena mereka sudah mau balik ke bandara, kita ampe terharu dengan niat mulia mereka dan akhirnya kita bisa jalan-jalan ke Asiatique gratis karena kartu yang di donasikan ama turis baik hati itu. Dari Chatucak kita naik MRT ke Saphan Taksin untuk kemudian melanjutkan perjalanan pake boat yang disediakan gratis ke Asiatique. So Asiatique ini emang tempat yang lagi ngehits abis di Bangkok. Terletak di tepi sungai Chao Praya dan buka dari jam 3 sore ampe midnite, tempat ini dipenuhi cafe-cafe lucu plus tempat belanja yang sipp banget deh.
Asiatique the riverfront
Oh iya kalau masih mau pulang naik MRT lagi, kalian harus estimasi waktu, kalau tidak salah MRT beroperasi sampai jam 11 malam saja, begitupula dengan boat gratisan dari Asiatique. Demi untuk mengejar MRT terakhir kita sedikit berlari-lari ketika pulang dari Asiatique ke hostel di suthisan.
Jadwal acara kita di hari berikutnya adalah mengunjungi Grand Palace, Wat Arun,Wat Pho plus sedikit berbelanja di Pratunam Market. Acara kita sudah sangat padat hari itu, karena kita akan balik ke Surabaya jam 8 malam, artinya jam 6 kita sudah harus nyampe hostel lagi untuk kemudian lanjut ke airport. Dan seluruh rangkaian amazing race ini kita mulai dengan mengunjungi Wat Arun dengan naik MRT dan boat. Sama seperti ke Asiatique, kita naik MRT oper BTS ke Saphan Taksin (Central Peer) untuk lanjut naik public boat ke Wat Arun. Di Saphan Taksin ini ada berbagai macam opsi naik boat, kalau mau murah mending pilih public boat bayarnya kalau gak salah hanya sekitar 10 THB untuk sekali jalan. Bagaimana cara mengetahui kita akan naik boat yang murah itu?perlu ditandai bahwa public boat ini memiliki bendera ORANGE dan memiliki antrian penumpang paling panjang. Dari peer wat arun kalian harus nyebrang ke arah sebaliknya (Wat arunnya di sisi seberang peer) dengan tarif 3 THB. Adapun entrance fee ke Wat arun sekitar 50 THB cukup mahal, tapi emang temple nya bagus banget, dan kita bisa uji kaki dengan naik ke menara Wat Arun untuk melihat pemandangan Chao Praya river from above.
Chao Praya river from above
Sepanjang tangga kenangan
Temple of Dawn Wat Arun
Selesai photo-photo dan olahraga naik tangga, kita meluncur ke Wat Pho dan Grand Palace dengan naik boat ke seberang sungai dengan tarif sama seperti berangkat yaitu 3 THB. Peer/ pelabuhan wat arun ini disulap jadi pasar wisata yang menjual aneka barang loh, tapi karena kita buru-buru kita melewatkan acara window shoping dan langsung menuju Wat Pho tempat gold reclining budha berada. Sekali lagi jika mau berkunjung ke temple-temple pastikan pakaian kalian sopan, jangan pakai celana pendek plus tengtop/ kaos oblong karena pasti gak boleh masuk. Entrance fee ke wat pho lumayan mahal sekitar 100 THB (kalau gak salah). Temple ini cukup luas, selain temple utama yang berisi reclining budha, terdapat temple-temple lain di area ini.
Reclining Budha
Miniatur Wat Arun
Dari Wat Pho ke Grand Palace bisa ditempuh dengan jalan sehat mutering tembok istana, intinya Wat Pho ini hadap-hadapan ama Grand Palace sisi belakang, jadi kita kudu muterin separoh istana untuk mencapai pintu masuknya. Entrance fee ke Grand Palace ini paling mahal sekitar 150 THB (lupa persisnya) tapi dijamin gak nyesel kok bayar sedemikian mahalnya demi masuk istana yang luar biasa indahnya. Kawasan Grand Palace ini guede, mulai dari kuil, istana kerajaan, sampe lapangan tempat upacara hahahaha.
kerumunan kuil di Grand Palace
The Palace
Another part of Grand Palace
Setelah puas jalan-jalan di Grand Palace kita meneruskan perjalanan menuju Pratunam dengan menggunakan boat+MRT. Boat yang menuju ke central peer ternyata antri panjang pemirsa, jadi harap siapkan mental jika mau naik, dan setelah kita naik dari peer grand Palace, mereka tidak bisa ngangkut penumpang lain di peer berikutnya seperti peer Wat Arun. Jadi saya sarankan 'nyegat' boatnya dari peer grand palace ajah.
Sebenarnya tidak ada MRT yang menuju pratunam, jadi kalau mau ke pratunam ada 2 opsi turun di Siam center atau di Ratchadewi, karena kita butuh makan siang dan ngadem, akhirnya kita memutuskan untuk turun di Siam Centre. Siam centre ini terhubung dengan skybridge ke Siam Paragon Shopping mall yang guede poll. Puas makan dan ngadem di Siam Paragon kita mulai bergerak ke Pratunam dengan jalan kaki, yang ternyata cukup jauh plus menerjang acara demo.
Pratunam ini sebenarnya adalah shopping centre yang terdiri dari banyak mall yang jualan macam ITC. Kalau kamu suka baju-baju korea nan lucu boleh menggerebek Platinum Mall, ada juga Phantip Plaza yang rame banget, oh ya jangan salah orang di sini belanja gak bawa kresek blanjaan lagi, tapi pada bawa koper. Koper-koper dari plastik maupun koper yang sesungguhnya dijual bak kacang goreng di emperan sepanjang jalan. So walaupun demo sedang berlangsung khidmat di perempatan jalan, toko-toko dan mall buka seperti biasa, hanya jam tutupnya jadi lebih awal.
Sayang sekali saya tidak memotret jalannya demo, yang menurut saya lebih cocok dikatakan sebagai panggung hiburan rakyat, lengkap dengan penjual kaki lima di sekitarnya. So bagi kalian yang sudah punya tiket ke Bangkok, trus galau dengan kondisi demo nya mereka, based on my experience selama kalian tidak terjun ke area demo dan pulangnya gak kemaleman semua baik-baik saja. Just stay away from demo and rally site, kalau perlu selalu pakai MRT dan BTS yang gak nyentuh jalanan sama sekali. Dan kalau mau mencari lokasi menginap yang aman tentram, cari hotel di sepanjang Chao Praya river, jadi in case terjadi chaos kalian bisa tetap ke bandara pakai boat. Of course nginep di tepi Chao Praya mahal banget, kalau mau yang ngirit tapi aman ya macam saya nginepnya agak jauhan di Suthisan tapi dekat dengan stasiun MRT.
Ok afterall, is a new experience about enjoying Bangkok during shutdown. Semoga keadaan politik di sana cepat pulih, walaupun katanya militer bakal menerapkan 'martial law' selama minimal setahun. Jadi saya bisa ke sana lagi buat nerusin belanja di pratunam,hahahahha.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Trip ke Seoul, Kiblat nya Para K-Pop Lover

An amazing Eastern Europe Trip

Obsesi Game of Throne di Andalusia